Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku heran dengan seorang muslim yang didatangi sesama muslim yang memerlukan bantuannya, tapi ia tidak mau melakukan kebaikan. Sekiranya ia tidak mengharapkan pahala dan tidak takut siksa, ia masih pantas bersegera melakukan akhlak yang mulia. Itulah yang akan membawanya ke jalan keselamatan.”
Seorang laki-laki bertanya: “Apakah engkau mendengarnya dari Rasul Allah?”
Ali berkata kepadanya:”Benar. Bahkan aku mendengar yang lebih baik dari itu? Pernah para tawanan dari kabilah Thayy dibawa ke hadapan Nabi saw. Seorang perempuan dari tawanan itu berkata: Ya Muhammad, mengapa tidak kamu lepaskan aku. Janganlah engkau dipermalukan orang-orang Arab karena apa yang kau lakukan padaku. Aku putri pemimpin kaumku. Ayahku melindungi kehormatan, menolong orang yang kesusahan, mengenyangkan yang lapar, membagikan makanan, menyebarkan kedamaian, dan tidak pernah menolak orang yang minta bantuan. Aku putri Hatim al-Thayy.
(Begitu mendengar perkataannya) Rasul Allah bersabda: “Inilah sifat-sifat orang mukmin. Sekiranya sekarang ini bapakmu muslim kami pasti sangat menyayanginya. Bebaskan dia, karena bapaknya mencintai kemuliaan akhlak. Allah mencintai kemuliaan akhlak”
Bapak perempuan itu memang pemimpin kabilah Thayy. Kedermawananannya sangat legendaris. Orang-orang Arab sering berkata: Dia dermawan seperti Hatim al-Thayy. Ia sudah meninggal dunia sebelum masuk Islam. Rasul Allah sangat memuliakan al-Thayy, karena kemuliaan akhlaknya. Ia pun menegaskan bahwa Allah pun mencintai dia.
Para ulama pernah bingung di mana harus ditempatkan Hatim. Karena ia kafir, kata sebagaian ulama, ia harus ditempatkan di neraka. Tapi ia berakhlak mulia. Ia dimuliakan Allah dan Rasul-Nya.Ia dicintai Allah dan Rasul-Nya “Lakukan kebaikan, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (Al-Qur’an 2:195). Karena itu, tidak mungkin Tuhan mengazabnya. Mestinya ia ditempatkan di surga.
Akhirnya mereka membuat keputusan yang lucu (dan sejak kapan para ulama menjadi agen surga dan neraka!). Hatim al-Thayy ditempatkan di neraka, tapi ia berada dalam sebuah gedung megah yang fireproof. Di dalam gedung itu, udaranya sejuk. Rezeki yang berlimpah didtangkan kepadanya. Betul-betul seperti gedung di surga, hanya daerahnya di neraka.
Keputusan para ulama itu boleh jadi mengatasi kebingungan mereka. Mereka bingung karena mereka menentang pluralisme. Saya tidak bingung. Orang yang berakhlak baik akan memperoleh keselamatan. Seperti kata Imam Ali, sekiranya orang tidak percaya akan adanya pahala dan siksa, akhlak yang baik akan membawanya kepada keselamatan.
Tuhan berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman (Islam), orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’in (selain Yahudi dan Nashrani) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta beramal baik, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka.dan tidaklah ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak menderita” (Al-Baqarah 2;62; lihat juga Al-Maidah 5:69)
Sayyid Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar 1:336 menjelaskan: “Ayat ini menjelaskan perlakuan Allah kepada setiap umat yang mempercayai Nabi dan wahyunya masing-masing, yang mengira bahwa kebahagian pada hari akhirat seakan-akan pasti akan tercapai hanya karena ia Muslim, Yahudi, Nashara, atau Shabiah, misalnya. Padahal Allah berfirman bahwa keselamatan bukan karena kelompok keagamaan (jinsiyyah diniyyah). Keselamatan dicapai dengan iman yang benar yang menguasai jiwa dan amal yang memperbaiki manusia.”
Sayyid Husein Fadhlullah, tokoh Hizbullah Libanon, dalam Tafsir Min Wahy al-Qur’an 2:23 menafsirkan ayat di atas tanpa kebingungan: “Makna ayat ini sangat jelas. Ayat ini menegaskan bahwa keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh semua kelompok agama ini yang berbeda-beda dalam pemikiran dan pandangan agamanya berkenaan dengan akidah dan kehidupan dengan satu syarat: memenuhi kaidah iman kepada Allah, hari akhir, dan amal saleh”
Sekiranya orang seperti Hatim al-Thayy, yakni orang “kafir” yang berakhlak baik, dilaporkan kepada kita, kita pasti akan mengatakan bahwa ia langsung masuk neraka. Kita bahkan akan menaruh kecurigaan besar kepadanya. Kita akan bergumam: Kasihan ya, walaupun berakhlak baik mereka tetap saja masuk neraka, karena tidak masuk Islam. Tapi ketika anak perempuan Hatim al-Thayy yang kafir dihadapkan kepada Nabi, ia membebaskannya karena penghormatannya kepada akhlak bapaknya yang mulia. Nabi saw mungkin menggumamkan Al-Quran: Innallaha yuhibbul muhsinin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar