Selasa, 04 Desember 2007

Bersiaplah untuk Mudik Besar

Marilah kita mulai pagi yang cerah ini dengan mengungkapkan syukur
kita kepada Allah Swt. Setiap hari anugerah dan nikmatnya turun kepada
kita, walaupun pada hari yang sama maksiat dan kejahatan kita naik
kepada-Nya. Setiap jam perlindungan dan pemeliharaan -Nya mengayomi
kita. Padahal pada jam yang sama kita menentang-Nya dengan dosa-dosa
dan kejelekan kita.



Dia telah membawa kita kepada bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah
dan ampunan, bulan yang di dalamnya ada Laitul Qadar, yang lebih bagus
dari seribu bulan. Sepanjang Ramadhan, Dia menuntun kita untuk
melakukan puasa, salat malam, membaca Al-Quran dan bersedekah di jalan
Allah. Dia memberikan kesempatan kepada untuk menghapus dosa dan
beramal saleh.

Akhirnya hari ini dengan kasih sayangnya jua, Dia mengantarkan kita
kepada Idul Fitri, hari lebaran. Dia gerakkan lidah-lidah kita untuk
membesarkan asma-Nya. Dia karuniakan kepada kita rezeki untuk
membayarkan kewajiban zakat kita. Kepada kita rezeki untuk membayarkan
kewajiban zakat kita. Pagi ini Dia membawa kita ke tanah lapang ini
untuk bersimpuh di hadapan kebesaran-Nya, memuji keagungan-Nya, dan
mensyukuri seluruh nikmat-Nya.

Marilah kita melihat ke kiri dan ke kanan kita. Marilah kita periksa
orang-orang yang kita cintai: ayah-bunda, saudara, kekasih, tetangga,
sahabat, dan handai taulan. Adakah di antara mereka yang tidak dapat
bergabung bersama kita di tempat ini? Adakah di antara mereka yang
sudah meninggalkan kita kembali kepada Yang Mahasuci? Ke manakah ayah
atau Ibu yang tahun lalu menyambut uluran tangan kita dengan tetesan
air mata kasih sayang? Ke mana kakak atau adik kita yang pada Lebaran
lalu gelak tawa berbagi bahagia bersama kita? Ke manakah tetangga atau
sahabat dekat yang dulu pernah memeluk kita dan mengucapkan selamat
Hari Raya Idul Fitri?

Ya Allah, mereka telah kembali kepada-Mu. Mereka telah "mudik" ke
kampung yang abadi. Terimalah mereka di sisi-Mu radhiyatan mardhiyyah.
Engkau senang menyambut mereka dan mereka senang berjumpa dengan-Mu.
Seperti doa Nabi Saw untuk Thalhah: Engkau tersenyum kepada mereka dan
mereka tersenyum kepada-Mu. Curahkan kasih-Mu kepada Ayah Bunda kami,
saudara kami, sahabat kami, Gabungkan mereka dengan kami, saudara
kami, sahabat kami. Gabungkan mereka dengan orang-orang yang engkau
anugerahkan kenikmatan kepada mereka, bersama para nabi, shidiqqin,
syuhada, shalihin.

Ya Allah, pagi ini mereka tidak dapat berlebaran bersama kami. Tidak
bisa kami ulurkan tangan kami untuk meminta maaf. Tidak bisa kami ajak
mereka untuk berbagi bahagia bersama kami. Tidak bisa kami undang
mereka untuk berkumpul bersama di rumah kami. Allahumma adkhil ala'
ahl al-qubur al surur. Tetapi kami mohon, ya Allah, masukkanlah rasa
bahagia kami kepada semua ahli kubur.

Harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian doa-doa kami, sampaikan
salam kami yang tulus, Assalamu'alaikum ahl- al-diyar min al-muslimin.
Antum lana salaf wa inna insya Allah bikum tahiqun. Salam bagi kalian,
wahai ahli kubur kalian sudah mendahului kami dan insya Allah kami
akan segera menyusul kalian.

Inna Lillah wa inna ilaihi raji'un. Sesungguhnya, kita semua kepunyaan
Allah dan kepada-Nya kita semua kembali.

Menurut laporan para sahabat, dalam shalat 'Id dan salat Jum'at. Nabi
Saw senang membaca surat Al Al'a dan al-Ghasyiyyah." Pada surat
Al-Ala' dipuji Tuhan orang yang berzakat. Kemudian berdzikir kepada
Allah dan melakukan salat. Qad Aflaha man tazakka wa dzakara isma
rabbihi fashalla. Kata sebagian ahli tafsir, ini berkaitan dengan
salat Idul Fitri.

Pada surat al-Ghashiyyah diceritakan keadaan manusia ketika kembali
kepada Tuhan. Inna ilayna iyyabahum tsumma inna alaynahum hisabahum.
Kepada kamilah mereka kembali: kewajiban kamilah untuk memeriksa
mereka. Dibacakanlah surat al-Ghasiyyah pada Idul Fitri untuk
mengingatkan manusia akan hari lahir ketika mereka mudik kepada Tuhan.
Berkumpulnya manusia di tanah lapang harus menyadarkan mereka akan
hari ketika mereka diadili Tuhan pada padang Mahsyar nanti.

Selain pada surat al-Ghasiyyah, berulang kali dalam Al-Quran Tuhan
mengingatkan kita bahwa kepada Allah tempat mudik kita. Kepada Allah
tempat mudik kalian. Kepada Allah tempat mudik mereka semua. Kalimat
seperti ini disebut sampai enam belas kali dalam Al-Qur'an. Sudah
seminggu ini saudara-saudara kita pulang mudik ke kampung halaman
mereka yang sementara. Menemui orang-orang yang mereka sayangi. Dengan
membawa beban berat untuk diberikan kepada mereka. Mereka berangkat
dengan sukarela, menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan dengan
sukacita. Setiap saat kita harus mudik ke kampung halaman abadi,
menemui Allah yang kita cintai, tetapi dengan membawa beban dosa di
atas punggung kita, untuk diperiksa dalam timbangan keadilan Tuhan.
Setiap saat ketika maut menjemput kita. Kita harus pergi dengan
terpaksa. Kita akan menempuh perjalanan yang panjang dan mengerikan.

Imam Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah Saw, berkata, "Ada tiga saat
yang paling menakutkan yang harus dialami anak Adam (1) saat ketika ia
menyaksikan malaikat maut (2) saat ketika ia bangun dari alam
kuburnya. (3) saat ketika ia berdiri berhadapan dengan Allah Swt.
Tidak jelas apakah ia akan ke surga atau ke neraka."

Itulah perjalanan mudik kita. Stasiun yang pertama adalah kematian.
Saat malaikat maut menjemput kita. Di situ mayit akan dihadapkan
kepada kekayaannya. Ia berkata, "Demi Allah, dahulu aku mengumpulkan
kamu dengan rakus dan pelit. Sekarang apa yang akan kamu berikan
kepadaku?" Hartanya akan menjawab, "Khudz minni kafanak." Ambillah
dariku kain kafanmu! Kemudian mayit akan dipertemukan dengan seluruh
keluarganya. Ia memandang mereka, "Demi Allah, dahulu aku sangat
mencintai kalian dan memelihara kalian dengan susah payah. Apa yang
akan kamu berikan kepadaku?" Mereka menjawab, "Kami akan mengantarkan
jenazahmu. Kami akan menguburmu."

Setelah itu, ia melirik kepada amalnya dan berkata, "Demi Allah.
Dahulu aku membencimu. Aku melihat kamu sebagai beban yang berat. Apa
yang kamu berikan kepadaku? Amalnya berkata, "Aku akan menjadi
sahabatmu dalam kuburmu. Pada hari kamu dihimpunkan dan sampai pada
waktu kita bersama berhadapan dengan Tuhan kamu." Bila orang mati itu
pencinta Allah, akan datang menjemputnya seseorang yang paling harum
baunya, paling indah wajahnya, paling bagus wajahnya, paling bagus
pakaiannya.

Ia membawa kabar gembira tentang surga di ujung perjalanan. Ketika
ditanya siapa dia. Penjemput itu berkata, "Aku amal salehmu." Bila
yang mati itu musuh Tuhan. Akan datang menjemputnya seseorang yang
paling jelek penampilannya dan paling busuk baunya. Ia membawa kabar
yang menakutkan tentang neraka di akhir perjalanan. "Siapakah kamu?"
tanya mayit itu. Penjemput itu berkata, "Aku amal jelekmu!"

Ketika dibaringkan di kuburnya, ia akan bergumam kepada lubang
lahatnya. "Hai rumah yang dipenuhi cacing, hai rumah kesucian. Hai
rumah keterasingan. Hai rumah kegelapan." Lubang lahatnya akan
berkata, "Inilah yang memang sudah aku persiapkan untukmu. Lalu apa
yang telah kau persiapkan untuk pertemuan denganku?"

Jawaban pertanyaan lubang kubur itu: Apa yang telah kamu persiapkan
untuk bekal di alam kuburmu? Pertanyaan itu akan kita dengar nanti.
Menghantam dada, dan mengiris hati nurani kita. Itulah yang bakal kita
alami ketika kita mau. Kisah itu adalah kisah nyata, yang sudah
dialami oleh keluarga, sanak saudara, handai taulan, yang sudah
mendahului kita dalam hadis-hadis sahih, yang tidak diragukan
kebenarannya.

Allah Swt menjelaskan kepada kita dua macam kematian. Pertama,
kematian mukmin yang saleh. "orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan baik, para malaikat berkata: Sejahteralah bagi kalian,
masuklah ke surga dengan apa-apa yang sudah kalian amalkan." (Q.S.
al-Nahl: 32). Allah Swt akan menyapanya dengan mesra, "Hai jiwa yang
tenteram, kembalilah kepada karunia Tuhan-Mu dengan penuh keridhaan
dan diridai. Dan masuklah dalam kelompok hamba- hamba-KU. Masuklah ke
surgaku." (Q.S. al- Fajr: 27-30).

Kedua, kematian orang yang durhaka. Simaklah pertanyaan Tuhan,
"Bagaimanakah keadaan mereka ketika malaikat maut mematikan mereka,
seraya meremuk redamkan muka mereka dengan punggung mereka? Yang
demikian itu karena mereka mengikuti apa yang dimurkai Allah dan
membenci keridaan-Nya. Lalu Allah hapuskan semua amalnya." (Q.S.
Muhammad: 27-28). "Orang-orang yang dimatikan malaikat dalam keadaan
berbuat dosa (menzalimi diri mereka), maka mereka merebahkan diri
menyerah seraya berkata: kami tidak melakukan perbuatan jahat."
Malaikat menjawab "Kami justru melakukannya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan, Maka masuklah ke pintu-pintu
neraka jahanam, kekal di dalamnya. Sungguh sangat buruklah tempat
orang-orang yang menyombongkan diri." (Q.S. Al-Nahl: 28-29).

Kita tidak tahu, pada kematian yang mana kita akan berada: Apakah kita
akan mati dalam pelukan kasih sayang Allah Swt ataukah dalam deraan
malaikat maut dan kemurkaan Tuhan? Kita juga tidak tahu. Apakah kita
akan bangkit dari kubur kita dengan wajah-wajah yang ketakutan atau
wajah-wajah yang berseri-seri. Penuh kegembiraan? Yang kita ketahui
dengan pasti ialah (bahwa) kita pasti masuk.

Kita sudah bekerja sepanjang tahun, mengumpulkan bekal untuk mudik
yang hanya beberapa hari. Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk
mudik yang jangkanya tidak terhingga? Kita sudah bekerja puluhan
tahun, menghabiskan masa muda kita untuk persiapan masa tua kita yang
berlangsung beberapa tahun saja. Sudahkah kita persiapkan bekal untuk
perjalanan yang sangat panjang setelah kematian kita? Pernahkan Anda
dengar Rasulullah Saw menceritakan orang yang paling malang ketika
berhadapan dengan pengadilan Tuhan: itulah mereka yang berdiri di
hadapan Rabbul 'Alamin.

Lalu di tangan-tangan mereka bergelantungan orang-orang yang pernah
disakiti hatinya, orang-orang yang pernah disiksa tubuhnya, akan
menghempaskan orang zalim di hadapan Tuhan. Mereka akan mengambil
seluruh amal salehnya, salat, puasa dan hajinya. Dan membebankan di
atas punggungnya seluruh dosa mereka. Mereka akan menertawakannya
ketika (malaikat) Zabaniyah menyeret ubun- ubunnya dan melemparkannya
ke neraka. Ali bin abi Thalib kw. berkata, 'Bi'sa al-zad li al-ma'ad
al-zhulm 'ala al-ibad." Bekal yang paling buruk untuk hari kiamat
adalah berbuat zalim kepada manusia.

Tahukah Anda apa bekal yang paling baik buat hari kiamat nanti? Pada
suatu hari Rasulullah melewati pekuburan. Beliau menyapa penghuni
kubur, "Hai ahli kubur, tahukah kalian apa yang terjadi sepeninggal
kalian? Istri-istri kalian sudah dinikahi orang lain, rumah-rumah
kalian sudah dibagi-bagikan. Apakah kalian mau menceritakan apa yang
kalian alami?" kemudian Rasulullah bersabda, "Sekiranya mereka tidak
bisa menjawab, mereka akan berkata bahwa sebaik-baiknya bekal adalah
takwa."

Takwa, menurut Al-Quran, ialah menginfakkan harta dalam keadaan senang
dan susah, mengendalikan amarah, memaafkan orang lain, sering berbuat
baik, cepat meminta maaf bila berbuat salah dan tidak mengulanginya
lagi (Q.S. Ali Imran: 133-135).

Takwa, masih menurut Al-Qur'an ialah mengisi sebagian besar malam
untuk bermunajat kepada Tuhan, memohon ampunan dari waktu sahur, dan
memberikan harta kepada orang miskin dan orang yang berkekurangan
(al-Dzariyat: 16-29). Secara singkat, bekal terbaik untuk hari mudik
kita yang abadi ialah beribadat untuk memperoleh ridha Allah dan
beramal saleh untuk membahagiakan hamba-hamba Allah. Wa fi dzalika fal
yatanafas al-mutanafisun. Untuk yang demikian inilah hendaknya orang
berlomba-lomba (Q.S. al-Muthaffifin: 26).

Marilah kita renungkan firman Tuhan dalam surat al-Ghasiyyah:

Dengan nama Allah Maha Pengasih Mahasayang
Apakah telah datang kepada-Mu peristiwa dahsyat
Yang mengguncang semua?
Wajah-wajah hari itu ketakutan
Beramal kepayahan
Terlempar ke dalam api yang menyala
Diberi minum dari mata air yang menggelak
Tidak ada makanan bagi mereka kecuali neraka
Tidak menggemukkan dan tidak melepaskan rasa lapar
Wajah-wajah hari itu berseri-seri
Puas dengan hasil kerjanya
Ditempatkan di surga yang tinggi
Tidak mereka dengar bicara hampa
Di sana ada mata air yang mengalir
Di sana ada pelaminan yang ditinggalkan
Gelas-gelas yang diletakkan
Bantal-bantal yang digelarkan
Permadani yang dihamparkan

Tidak ada komentar: